Golok Kelembutan (Wen Rou Yi Dao)
Seri Pendekar Sejati
Karya: Wen Rui An / Penyadur: Tjan ID
15. Manusia berpayung
Lui Heng sangat pendendam.
Selama hidup dia memang selalu mendendam kepada orang lain.
Membenci seseorang jauh lebih membuang waktu ketimbang mencintai seseorang, terlebih orang yang dibencinya jauh lebih banyak daripada orang yang dikenalnya, dia pun dapat membenci orang yang belum pernah dikenalnya, ada kalanya dia malah membenci diri sendiri.
Hanya satu orang yang tak berani dia benci, hanya Lui Sun seorang.
Orang yang paling dibencinya saat ini adalah So Bong-seng.
Dia membenci orang ini karena So Bong-seng telah menerjang masuk ke Po-pan-bun, pusat kekuatan perkumpulan Lak-hun-poan-tong, membunuh orang-orang mereka kemudian pergi begitu saja. Setiap kali terbayang peristiwa ini, Lui Heng merasa bencinya setengah mati, kalau bisa, dia ingin menelan So Bong-seng kulit berikut tulangnya ke dalam perut.
Ti-toatongcu pernah berkata tentang dirinya, "Jika Lui-losu sudah membenci seseorang, sekalipun kungfunya tak mampu mengungguli lawan, mengandalkan rasa bencinya itu, ia tetap bisa memaksa musuhnya kabur ketakutan."
Di dalam pasar sudah siap sembilan puluh dua orang jago berilmu tinggi, semua adalah pasukan inti di bawah pimpinannya, asal Ti Hui menurunkan perintah, dalam waktu singkat mereka dapat mencincang tubuh So Bong-seng hingga hancur.
Tapi hingga kini Ti-toatongcu belum juga menurunkan perintahnya, sementara pasukan orang-orang berpayung sudah muncul di arena pertarungan.
Dalam keadaan begini, Lui Heng benar-benar merasa amat benci, sedemikian bencinya hingga nyaris dia seakan ingin menelan diri sendiri.
Bagaimana dia tidak benci? Kedua puluh sembilan orang berpayung itu sudah merangsek maju, sudah semakin mendekati posisi pertahanan mereka.
Begitu rombongan ini muncul, barisan yang dia dan anak buahnya persiapkan nyaris terhadang dan berantakan. Sekalipun Lui Heng bencinya sampai ingin menghancurkan kepala sendiri, kali ini dia tak berani bertindak gegabah, ia sama sekali tak berani sembarangan bergerak.
Karena dia tahu, rombongan itu adalah 'Berbuat Onar Semau Sendiri'!
Berbuat Onar Semau Sendiri merupakan satu kelompok pasukan inti di bawah pimpinan So Bong-seng, dan kini paling tidak ada setengahnya sudah muncul di situ.
Lui Heng sadar, dalam keadaan seperti ini jika ia berani bertindak sembarangan, bisa jadi dia tak pernah bisa membenci orang lain lagi, yang diperolehnya waktu itu hanya penyesalan.
Bahkan bisa jadi kemungkinan untuk menyesal pun ikut lenyap.
ooOOoo
Seorang pemuda yang tampangnya agak ketolol-tololan, dengan membawa sebuah payung berwarna hitam, melewati rombongan manusia berpayung hijau dan berjalan menuju ke hadapan So Bong-seng.
Sewaktu lewat di samping tubuh Su Bu-kui, sorot matanya yang semula tampak bloon, tiba-tiba memancarkan suatu perasaan yang sulit dilukiskan.
"Semuanya sudah tewas?" bisiknya lirih.
"Si Barang antik dan Hoa Bu-ciok adalah pengkhianat," jawab Su Bu-kui sambil tertawa getir.
Pemuda bloon itu kelihatan sedikit bergetar, namun tetap melanjutkan langkahnya menuju ke hadapan So Bong-seng, ujarnya sembari menjura, "Hamba datang terlambat!"
"Kau tidak terlambat, kedatanganmu tepat waktu," sahut So Bong-seng sembari manggut-manggut.
Dalam pada itu Ong Siau-sik sudah celingukan memandang sekeliling tempat itu, setelah melihat sejenak ke timur, barat, kiri, kanan, depan, belakang dan yakin kalau kali inipun tak akan mati, tak tahan serunya, "Wah, ternyata benar-benar ditemukan jalan hidup di tengah jalan kematian, tak kusangka kejadian bisa muncul pada saatnya."
So Bong-seng tertawa hambar, namun dari balik sorot matanya terpancar sikap memandang hina lawan.
Menyaksikan mimik muka pimpinannya itu, Su Bu-kui segera memberi penjelasan, katanya, "Sewaktu menyerbu Po-pan-bun tadi, sepanjang jalan Kongcu telah meninggalkan tanda rahasia, dia yakin orang-orang perkumpulan Lak-hun-poan-tong pasti akan melakukan penghadangan di saat kami pulang nanti, karena itu Mo Pak-sin diminta segera membawa pasukan untuk menyusul kemari."
"Ooh, rupanya Mo Pak-sin," kata Pek Jau-hui.
"Kenapa aku tidak melihat kalian meninggalkan tanda rahasia?" tanya Ong Siau-sik keheranan.
"Kalau kalian pun bisa melihatnya, mana bisa disebut tanda rahasia?"
"Benar juga perkataanmu itu," kata Pek Jau-hui sambil menghela napas, "jika So-kongcu dari perkumpulan Kim-hong-si-yu-lau setiap kali membunuh orang dilakukan dengan cara tidak mudah, di dunia persilatan tentu tak akan ada sebutan si golok nomor wahid di kolong langit."
"Ooh, jadi kalian hendak memancing pihak perkumpulan Lak-hun-poan-tong mengerahkan seluruh kekuatan yang dimilikinya untuk bertarung habis habisan di sini?" kata Ong Siau-sik agak tertegun.
Mendadak terdengar So Bong-seng bertanya, "Dari pihak mereka siapa yang telah datang? Lui Sun? Atau Ti Hui-keng?"
"Ti Hui-keng!" jawab Mo Pak-sin, si pemuda bloon itu segera.
"Kalau begitu persoalan hari ini akan diakhiri dengan perundingan, bukan pertarungan habis-habisan."
Sementara itu Pek Jau-hui sudah memberi tanda kepada Ong Siau-sik sambil berkata, "Tampaknya cerita ini telah memberi pelajaran yang sangat berharga buat kita berdua, bahwa semua yang kita alami dalam sepuluh hari belakangan, tak satu pun yang merupakan kejadian untung-untungan."
"Ya, benar, kelihatannya kisah ini sudah mengatur peranan kau dan aku," sambung Ong Siau-sik sambil tertawa.
"Dan aku rasa, kisah ini baru saja akan dimulai," ujar Pek Jau-hui lagi sambil memandang ke tempat jauh dan menghela napas panjang.
Mengikuti arah pandangan Ong Siau-sik, dia segera dapat melihat munculnya satu rombongan manusia, kawanan manusia yang baru muncul itu memegang payung berwarna kuning.
Tiba-tiba Mo Pak-sin membuka mata lebar-lebar, biji matanya yang memancarkan sinar tajam seolah baru menerobos keluar dari balik lapisan kulit mata yang berlapis-lapis banyaknya, memancar keluar bagai pancaran sinar matahari. Terdengar ia berseru, "Lui Moay telah datang!"
ooOOoo
Tentu saja Lui Moay adalah seorang wanita.
Menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan, kini Lui Moay sudah menjadi salah satu wanita paling misterius, paling cantik dan berkuasa di antara tiga wanita lainnya, dengan tiga kemampuan yang dimilikinya, nyaris seluruh pria di dunia ini gampang jatuh hati kepadanya, paling tidak akan menaruh rasa ingin tahu terhadap perempuan ini.
Menurut berita burung, ada orang bilang sesungguhnya Lui Moay adalah putri tunggal Lui Ceng-lui, pendiri yang sesungguhnya dari perkumpulan Lak-hun-poan-tong, tapi kemudian kekuasaan tertinggi perkumpulan itu berhasil direbut oleh Lui Sun, salah satu jagoan kosen dari aliran sesat dalam keluarga Lui, mengingat Lui Ceng-lui punya jasa dalam pendirian perkumpulan itu, maka ia mengangkat Lui Moay menjadi Tongcu kedua.
Tapi ada juga yang bilang Lui Moay jatuh hati kepada Lui Sun, maka dia tak segan menyerahkan posisi ketua umum perkumpulan itu kepadanya.
Tapi ada juga yang bilang, lantaran Lui Moay sadar kalau kepintaran maupun kepandaian silatnya jauh di bawah Lui Sun, demi kejayaan dan kemajuan perkumpulan Lak-hun-poan-tong, maka dia serahkan posisi puncak itu kepadanya.
Ada lagi cerita, sebetulnya Lui Moay berasal dari aliran sesat dalam keluarga Lui, sejak awal dia memang kekasih gelap Lui Sun. Semenjak bini resminya yaitu Bong-huan-thian-lo, si Impian Jagad Kwan Siau-te meninggalkan Lui sun, dia selalu berhubungan gelap dengan perempuan ini, malah ada yang menaruh curiga, bisa jadi Kwan Siau-te sudah tewas di tangan Lui Moay, itulah sebabnya perempuan itu lenyap semenjak tujuh belas tahun lalu.
Tentu saja Pek Jau-hui juga tahu kalau di dalam perkumpulan Lak-hun-poan-tong terdapat seorang jago wanita yang bernama Lui Moay, dia malah pernah mencari tahu segala hal yang berhubungan dengan perempuan itu dari mulut Tio Thiat-leng.
Waktu itu Tio thiat-leng hanya berkata sambil tertawa getir, "Dalam perkumpulan Lak-hun-poan-tong terdapat tiga orang yang selamanya tak akan pernah dipahami orang lain, pertama adalah Lui Sun, tak ada yang tahu jelas manusia macam apakah dia, karena dia tak pernah membiarkan orang lain memahami tentang dirinya. Orang kedua adalah Ti Hui-keng, hanya dia yang memahami orang lain, tak ada orang lain bisa memahami tentang dirinya. Orang ketiga adalah Lui Moay, dia gampang sekali membuat orang lain memahami dirinya, tapi dengan cepat kau akan menemukan bahwa pemahaman tiap orang terhadap dirinya berbeda satu dengan yang lain, tergantung ke arah mana dia menginginkan kau 'memahaminya', jika dia ingin kau memahami dirinya dalam bidang A, maka yang bisa kau pahami hanya bidang A saja."
Karena Pek Jau-hui sudah banyak mendengar tentang Lui Moay, dia pun ingin sekali dapat berjumpa dengan Lui Moay.
Pek Jau-hui adalah seorang lelaki yang tinggi hati, namun seangkuh apa pun kadang kala timbul juga perasaan ingin tahunya terhadap perempuan kenamaan, apalagi kalau dia amat cantik. Paling tidak ia ingin melihatnya sekejap, melihat sebentar saja sudah merasa amat puas.
Ong Siau-sik juga pernah mendengar dalam dunia persilatan terdapat seorang wanita yang bernama Lui Moay. Di dalam perkumpulan Lak-hun-poan-tong, Lui Moay memegang tampuk kekuasaan pasukan yang misterius, dia merupakan panglima kesayangan Lui Sun.
Orang bilang dalam dunia persilatan dewasa ini terdapat tiga orang wanita cantik yang penuh misteri, pertama adalah istri Lui Sun, kedua adalah putri Lui Sun dan ketiga adalah anak buah andalan Lui Sun.
Manusia yang bernama Lui Sun ini memang orang hokki, bukan saja memiliki jagoan yang amat banyak, rata-rata anak buahnya yang lelaki berwajah tampan, yang perempuan berparas cantik.
Tiba-tiba satu ingatan aneh melintas dalam benaknya, mungkinkah suatu hari nanti, dia pun mempunyai anak buah semacam itu?
Bila seseorang ingin memiliki ilmu silat yang hebat, maka dia perlu tekad yang besar, kesabaran, keberanian serta bakat, asal syarat itu terpenuhi maka tak sulit untuk mendapatkannya.
Namun apabila seseorang ingin memperoleh kekuasaan yang besar, maka dia perlu ambisi yang besar, cara bertindak yang keji serta kemampuan untuk mengendalikan orang lain.
Ong Siau-sik sadar, dia mampu melaksanakan tugas besar yang belum tentu bisa dilaksanakan orang lain, tapi tidak memiliki ambisi yang terlalu besar untuk merebut posisi tinggi. Bila dia harus mengorbankan segalanya, mengubah wataknya hanya ditukar dengan kekuasaan, baginya lebih baik tidak usah.
Terlepas dari semua itu, sebagai seorang anak muda, dia pun mempunyai harapan, dia ingin melihat bagaimana bentuk wajah Lui Moay yang dibilang merupakan panglima andalan Lui Sun. Oleh sebab itu dia segera berpaling, menoleh ke arah datangnya perempuan itu.
Tapi mereka tidak menemukan apa-apa, tak menemukan perempuan yang bernama Lui Moay.
Satu rombongan gadis berusia tujuh-delapan belas tahun dengan mengenakan baju berwarna kuning, berpinggang ramping, bermata bening, membawa payung berwarna kuning perlahan-lahan berjalan ke tengah arena.
Rombongan gadis itu rata-rata berwajah cantik rupawan, membuat orang tak tahu siapakah Lui Moay yang sesungguhnya.
Begitu rombongan gadis itu muncul, kecuali Lui Heng, semua jago yang berkumpul di dalam pasar serentak bergeser ke arah jalan Tang-sam-pak, seakan sedang memberi jalan lewat buat rombongan itu.
Paras muka Mo Pak-sin kembali menampilkan perubahan mimik yang aneh.
Kedua puluh sembilan orang berpayung hijau tua itu serentak mulai bergerak, mengikuti perubahan barisan mereka, ikut bergeser, gerakannya lamban tapi mantap, sama sekali tak terlihat ada celah yang ditimbulkan, tapi jelas mereka sedang mengatur sebuah barisan khusus untuk menyongsong kedatangan rombongan gadis-gadis cantik itu. Sebuah barisan tangguh untuk membendung kedatangan gadis-gadis lemah lembut itu.
ooOOoo
"Yang mana bernama Lui Moay?" tak tahan Ong Siau-sik bertanya kepada Pek Jau-hui.
"Masa kau tidak melihat kemunculan kawanan gadis itu?" jawab Pek Jau-hui.
"Tapi di situ hadir belasan orang gadis, mana yang sebenarnya bernama Lui Moay?"
"Menurut kau, gadis-gadis itu cantik tidak?"
"Cantik sekali," jawab Ong Siau-sik jujur.
"Nah, asal ada gadis cantik yang bisa ditonton, peduli amat mana yang bernama Lui Moay."
"Benar juga katamu," Ong Siau-sik manggut-manggut setelah berpikir sebentar.
Dia mengerti arti perkataan Pek Jau-hui itu, gunakan kesempatan untuk menikmati apa yang bisa dinikmati.
Tampaknya situasi bertambah gawat dan berbahaya, dalam keadaan seperti ini, orang memang dituntut berpikir positip saja, jangan berpikir negatip.
ooOOoo
Sorot mata So Bong-seng yang dingin menyeramkan sedang mengawasi rombongan gadis berpayung kuning itu, kemudian memperhatikan pula rombongan 'Berbuat Onar Semau Sendiri' yang dipimpin Mo Pak-sin, setelah itu dia mengeluarkan sebuah botol kecil dari sakunya, mengambil beberapa butir pil lalu ditelannya.
Air hujan membasahi wajahnya, seakan hendak mengurai lelehan air mata penderitaannya. Setiap kali dia sedang minum obat, baik dia Mo Pak-sin maupun Su Bu-kui, tak seorang pun berani mengusik, apalagi merecoki dirinya.
Lewat beberapa saat kemudian So Bong-seng baru mengurut dadanya dengan sebelah tangan, lalu dengan sorot mata yang tajam dia menyapu sekali lagi sekeliling arena.
"Ti Hui-keng ada dimana?" tanyanya.
"Dia ada di loteng Sam-hap-lau," jawab Mo Pak-sin.
So Bong-seng berpaling dan mengawasi bangunan loteng nomor tiga di sisi jalan raya, bangunan itu adalah sebuah rumah makan karena di depan pintu terdapat sebuah tiang dengan panji bertuliskan "arak".
Kembali S6 Bong-seng berkata kepada Mo Pak-sin, "Kau tetap di sini!" Sedang kepada Su Bu-kui, ajaknya, "Kau ikut aku naik ke sana."
"Baik!" Su Bu-kui maupun Mo Pak-sin serentak menyahut.
"Bagaimana dengan kami?" tanya Ong Siau-sik.
So Bong-seng tidak menjawab, mendadak ia terbatuk-batuk, batuk dengan sangat hebatnya. Dari sakunya dia mengeluarkan saputangan berwarna putih, kemudian digunakan untuk menutupi mulutnya.
Sewaktu batuk, sepasang bahunya berguncang keras, seperti sebuah kotak angin yang sudah rusak sedang berusaha memompa udara, napasnya begitu berat dan sesak, seakan setiap saat kemungkinan besar bisa terputus.
Lama kemudian ia baru menggeser saputangannya.
Sekilas pandang Ong Siau-sik dapat melihat noda darah yang membekas di atas saputangan berwarna putih itu.
So Bong-seng memejamkan mata sejenak, menarik napas dalam-dalam, kemudian baru membuka matanya kembali, kepada Ong Siau-sik tanyanya, "Kau tahu siapa yang berada di atas loteng itu?"
Ong Siau-sik menatapnya tanpa berkedip. Sewaktu menyaksikan ia terbatuk dengan hebatnya tadi, dalam hati kecilnya ia segera mengambil keputusan, apa yang bisa dia lakukan akan segera dilakukannya.
"Aku tahu," jawabnya cepat, "di situ ada Ti Hui-keng."
"Kau tahu siapakah Ti Hui-keng?"
"Toatongcu dari perkumpulan Lak-hun-poan-tong."
So Bong-seng kembali menuding bangunan loteng itu dengan jari tangannya yang tak bertenaga, katanya lebih jauh, "Tahukah kau, sekali kamu naik ke situ, maka siapa pun tak bisa menjamin adakah peluang lain bagimu untuk turun lagi dalam keadaan selamat?"
"Ketika memasuki pintu Po-pan-bun bersamamu tadi, aku pun tak tahu apakah ada jalan ketiga yang bisa kulewati untuk keluar dari situ," sahut Ong Siau-sik hambar.
So Bong-seng menatapnya sekejap, hanya sekejap! Kemudian tanpa berpaling ke arah Pek Jau-hui, tanyanya, "Bagaimana dengan kau?"
Pek Jau-hui tidak menjawab pertanyaan itu, dia malah balik bertanya, "Apakah ilmu silat yang dimiliki Ti Hui-keng memang sangat hebat?"
"Jika kau naik ke atas, segera akan kau peroleh jawabannya," sahut So Bong-seng dengan wajah senyum tak senyum, "bila tak ingin naik ke situ, buat apa mesti banyak bertanya?"
Pek Jau-hui menarik napas dalam-dalam, katanya kemudian, "Baik, aku ikut naik."
Maka mereka berempat pun mengayunkan langkah menuju ke bangunan loteng itu.
ooOOoo
Di bawah bangunan loteng itu hanya ada meja dan bangku yang ditumpuk, tak nampak manusia.
"Kau berjaga di sini," perintah So Bong-seng kepada Su Bu-kui.
Tanpa banyak bicara Su Bu-kui melintangkan goloknya di depan dada sambil berdiri tegap di muka pintu, sekarang biarpun ada ribuan ekor kuda dan pasukan yang menyerbu masuk, dia tak akan membiarkan mereka bergerak maju setengah langkah pun.
Dengan langkah santai So Bong-seng menaiki anak tangga menuju ke tingkat dua.
Dalam keadaan begini, mau tak mau Pek Jau-hui dan Ong Siau-sik segera mengikut di belakangnya naik ke atas loteng.
Kedua orang pemuda itu jalan bersanding, bahu menempel bahu, ketika berjalan dengan cara begini, muncul perasaan aneh di hati mereka, seakan dengan jalan seperti itu, bukan saja mereka tak takut menghadapi hujan badai dan angin puyuh, ancaman bahaya sebesar apa pun seolah pasti dapat mereka atasi.
Di atas loteng ternyata memiliki dua ruang loteng, apa yang terdapat di atas loteng?
Padahal setiap orang, dalam kehidupannya selalu mendapat kesempatan untuk naik ke loteng, tapi tak ada yang tahu apa yang sedang menanti mereka di atas loteng.
Mereka yang belum pernah naik ke atas loteng, berupaya dengan segala kemampuan untuk menaikinya, tujuannya adalah ingin menaikkan pamor sendiri, sebaliknya bagi mereka yang sudah ada di atas loteng, orang-orang itupun berkeinginan untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi lagi, bahkan berusaha dengan segala tipu daya agar dirinya tak sampai jatuh menggelinding ke bawah loteng.
Loteng makin dinaiki semakin terjal, loteng makin tinggi semakin dingin.
Angin di atas loteng amat kencang, padahal loteng yang tinggi tak punya sandaran, namun justru banyak orang suka naik ke loteng yang tinggi, semakin tinggi semakin senang.
Padahal di tempat ketinggian justru lebih banyak ancaman mara bahaya!
ooOOoo
So Bong-seng, Ong Siau-sik dan Pek Jau-hui hampir pada saat yang bersamaan tiba di atas loteng. Oleh karena itu hampir pada saat yang bersamaan pula mereka melihat seseorang.
Ti Hui-keng!, Toatongcu perkumpulan Lak-hun-poan-tong.
Di dalam perkumpulan ini, dia hanya di bawah kekuasaan satu orang, tapi di atas puluhan ribu orang.
Bahkan sebagian besar orang menganggap bahwa orang yang paling disanjung dan paling dihormati dalam perkumpulan Lak-hun-poan-tong adalah dia, bukan Lui Sun.
ooOOoo
Tapi Ong Siau-sik serta Pek Jau-hui sama sekali tidak menyangka kalau orang yang muncul di hadapan mereka adalah manusia semacam ini.
ooOOoo
Bersambung ke bagian 16
Golok Kelembutan: 01 | 02 | 03 | 04 | 05 | 06 | 07 | 08 | 09 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15
0 comments:
Post a Comment